Inovasi mendorong Kreativitas dan Produktivitas di kala WFH

Ternyata menulis itu membuat ketagihan ya ... tiba-tiba saja muncul di dalam kepala suatu bayangan dan bisikan harus menulis apa ... Nah saya mau membagi salah satu yang muncul tiba-tiba di area imajinasi saya yaitu bagaimana kita menjadi inovatif dan kreatif saat WFH.



Saya teringat akan sebuah tulisan yang disampaikan rekan mahasiswa saya di Teknik Industri ITB tahun 1987 sd 1992, Prof Togar Mangihut Simatupang, sewaktu diangkat sebagai Guru Besar di almamater kami - ITB pada tahun 2010 (1). 



Saat itu disampaikan bahwa era kreatif berlangsung mulai tahun 2010 sd 2020 dan selanjutnya akan dilanjutkan dengan era Bio mulai tahun 2020 sd 2030. Selanjutnya menurut beliau, era informasi telah membuka kesempatan baru dalam menghasilkan inovasi yang bersifat massal. Merujuk pendapat Daniel H. Pink seorang penulis buku terkenal Amerika, era baru yang muncul pada abab ke-21 ini disebut era konseptual yang ditandai dengan keunikan dan kebermaknaan alias era kreatif. Era kreatif mendorong munculnya industri baru yaitu industri kreatif yang secara cepat menyalib pertumbuhan industri lain dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, hak karya cipta asli Amerika di tahun 1996 menghasilkan hampir 100 Milyar USD, jauh melebihi sumbangan industri lainnya.



Bagaimana untuk Indonesia? Sebagaimana disebutkan di halaman 13, Prof Togar mengakui bahwa daya saing kreativitas bangsa Indonesia di tataran global masih rendah. Peringkat 54 dari 133 negara. 

Apa penyebabnya?
Alasan pertama, keterbatasan sumber daya anggaran, manusia, dan permodalan (baca: rendahnya anggaran riset pemerintah dan swasta di Indonesia). 
Alasan kedua, belum
berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat (baca: Indonesia masih suka meniru dan menganut nilai-nilai mitos/tabu baik menurut agama maupun budaya). 
Alasan yang ketiga, lemahnya sinergi antara kebijakan Iptek dengan kegiatan pembangunan di daerah sehingga kegiatan R&D tidak menjawab permasalahan riil yang ada di masyarakat. Secara singkat, Indonesia kurang inovasi.



Jadi bisa kita simpulkan bahwa inovasi merupakan mesin penggerak di era kreatif saat ini.
Inovasi merupakan hal penting yang seharusnya diperkuat di era industry kreatif ini. Masyarakat Indonesia sejak dini perlu dirangsang untuk berpikir inovatif sehingga menjadi kreatif dalam menghadapi berbagai persoalan hidupnya.



Apa susahnya berinovasi? Enggak susah sebenernya … secara tidak langsung dengan penerapan PSBB di Indonesia mendorong masyarakat untuk berpikir ulang bagaimana cara bertahan hidup. Pemikiran untuk bertahan hidup ini lah menjadi pendorong berbagai inovasi kecil. Contoh .. Tukang sayur yang di pasar mulai memanfaatkan jaringan online untuk menawarkan dagangannya bekerja sama dengan ojek daring sebagai pengantar jualannya. Gak kalah lho dibanding contoh inovasi di Jepang yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan agar mereka tidak terpapar oleh Covid19 dari pasien seperti gambar dibawah ini.


Lalu bagaimana dengan pegawai lembaga negara atau PNS, Inovasi apa yang dapat disumbangkan untuk menjalankan misi dan mencapai visi Indonesia ke depan?
Mari setiap masing-masing individu pegawai melihat kembali posisinya dalam fungsi pokok lembaga dimana kita bekerja. Kita memposisikan diri sebagai sebuah black box proses yang menerima input dan harus mengeluarkan output sehingga produktivitas kita dapat ditingkatkan secara optimal.
Kira-kira inovasi apa yang bisa kita lakukan supaya output yang kita hasilkan agar proses kerja selanjutnya oleh pegawai lainnya dapat berjalan dengan lebih cepat, lebih baik atau lebih murah?
Rekan-rekan pegawai dapat berinovasi kecil guna menghasilkan 3 upaya terbaik tadi (lebih cepat, lebik baik dan lebih murah).


Tidak dipungkiri bahwa pada era kreatif saat ini, inovasi sangat terkait erat dengan penggunaan teknologi digital. Sayangnya pada pekerjaan yang bersifat birokrasi, teknologi tepat guna dan sederhana seperti di pertanian, tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penyelesaian pekerjaan.

Ada beberapa tips untuk dalam melakukan inovasi melalui teknologi digital
1. guna meningkatkan kualitas hasil pekerjaan dengan memanfaatkan data digital atau digital library, salah satunya Big Data Analytic, eBook dari e Library
2. guna mempercepat pekerjaan dengan memafaatkan teknologi work collaboration seperti menggunakan Google Sheets atau Google Slide atau Google Docs, dan
3. guna menurunkan cost, pastinya memanfaatkan dokumen digital dan tandatangan digital sehingga menurunkan biaya print, kertas dan pulpen


Sayangnya added value dari inovasi di atas tidak begitu signifikan karena yang mendapat keuntungan terbesar adalah penyedia aplikasi yang notabene dari USA atau negara maju lainnya.
Sebetulnya ini saat yang paling pas untuk kita menggalakan penggunaan aplikasi karya anak bangsa seperti aplikasi kehadiran Atenda milik PT. Atenda Rumah Kita, aplikasi belajar Ruang Guru dan banyak lagi aplikasi karya anak bangsa yang ciamik.


Ketertinggalan kita dari sisi teknologi jangan menjadi rintangan dalam berinovasi. Ketertinggalan itu dapat dikejar dengan upaya bersama untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya asli Indonesia sebagai sumber bahan baku industri bio teknologi .. obat Covid19 misalnya seperti yang dilakukan oleh beberapa peneliti Indonesia.


Waktu adalah keuntungan dalam melaksanakan WFH, mari kita manfaatkan waktu itu sebagai bahan bakar inovasi sehingga produktivitas tinggi dapat tercapai untuk mendorong percepatan kebangkitan ekonomi bangsa ini yang mungkin terpuruk karena wabah Covid-19.
Salam Nyata Berkarya bagi Negeri ...

(1) Togar Mangihut Simatupang, Prof, Pidato Ilmiah Guru Besar: Manajemen Rantai Nilai Dalam Era Kreatif, 29 Oktober 2010

#perpustakaanbankindonesia #worldbookday #shareamillionstories #digitallearning

Komentar