4 Tips mengatur Tempat Kerja saat WFH untuk meningkatkan Produktivitas


Tak dapat dipungkiri lagi bahwa jika kondisi  tempat kerja yang nyaman, dan kondusif akan mempengaruhi suasana hati, semangat, dan ujung-ujung nya akan meningkatkan kinerja alias produktivitas. 


Suasana yang suram dapat membuat kita merasa tidak nyaman, stres, dan kurang produktif. Itulah sebabnya kita yang harus menciptakan lingkungan yang nyaman apalagi tempat kerja kita saat WFH adalah milik kita sendiri atau dihuni oleh kita.


Mengutip filosofi Winston Churchill yang disampaikan dalam pidatonya di House of Commons pada 28 Oktober 1944 (https://www.nationalchurchillmuseum.org/cmss_files/attachmentlibrary/quotes.pdf), “We shape our dwellings, and afterwards our dwelling shape us”. Arti dari kutipan itu sendiri adalah, pertama-tama sebuah bangunan adalah hasil dari desain ide-ide pembuatnya, tetapi seiring waktu setelah bangunan itu ditempati, orang-orang yang tinggal dan bekerja di dalamnya akan dipengaruhi oleh kualitas bangunan yang mereka tinggali.


Jadi bener ya tempat kerja atau tepatnya lingkungan kerja mempengaruhi orang didalamnya. Premis tersebut telah dirasakan semua orang dan memang sesuatu yang bersifat global oleh karenanya saya ingin membagi pemikiran bagaimana menciptakan atau membuat tempat kerja yang nyaman saat WFH.


Lingkungan kerja yang nyaman tidaklah hanya terpaku pada ruangan atau tempat kerja yang nyaman tetapi juga suasana dan relationships/hubungan antar entitas yang ada di dalamnya. Hmm .. berarti ada 2 masalah nih ya … fisik tempat kita kerja dan relationship antar entitas yang ada di tempat kerja

Mari kita mulai dengan yang mudah terlebih dahulu, yaitu tempat kita kerja.


Mengutip sebuah tulisan tahun 2017 karya Michael Bond, https://www.bbc.com/future/article/20170605-the-psychology-behind-your-citys-design, beliau memaparkan hasil-hasil riset hubungan tempat tinggal dengan “penyakit” schizophrenia dan peningkatan gangguan mental seperti depresi dan chronic anxienty dengan kesimpulan tempat tinggal dapat mengubah biologi otak pada sejumlah orang.

Nah .. jadi bagaimana kita mengatur tempat kerja fisik kita agar kita terhindar dari berbagai “penyakit” mental sehingga kita jadi lebih produktif? Duo ahli psikologi, Harsh K. Trivedi, MD, MBA, and Tim Rommel, AIA, MRAIC, menyarankan agar tempat tinggal memiliki ruang privat (privacy) dan sehat (wellness). https://www.psychologytoday.com/intl/blog/designing-better-mental-health/202002/4-ways-design-can-improve-mental-health-care-spaces

Dua kata kunci ini, privacy dan wellness, yang harus kita jabarkan dalam mengatur tempat kerja kita.


Jadi tips pertama dalam mempersiapkan tempat kerja adalah memisahkan ruang publik dan ruang privat. Kalau rumah tempat WFH kita besar ya tidak akan menjadi masalah. Kita pilih salah ruang yang jarang dimasuki penghuni sehingga pasti sewaktu kita bekerja tidak akan terganggu sehingga privacy dapat terjadi. Seperti yang dialami beberapa rekan sewaktu melakukan diskusi online yang terganggu suara blender atau suara celotehan anak kecil sehingga diskusi yang tadinya sangat serius berubah menjadi diskusi canda tawa bahkan mengaburkan fokus diskusi online tadi.

Tapi bagaimana kalau kita hanya punya rumah tipe 21 yang SS (sangat sederhana) atau SSSS (apa tuh hayo tebak kepanjangannya …) atau kita tinggal di kamar kost misalkan. Kaum millennial tentunya sudah tidak asing dengan peralatan headphone atau earphone. Kalangan hype sekarang malah sedang berburu earpods, suatu inovasi dari wireless earphone yang dimotori oleh Apple Inc dengan produknya Airpods TM.


Penggunaan perangkat seperti ini akan meningkatkan privacy. Itulah mengapa salah satu gift yang diberikan dalam pengisian survey program perubahan di satker saya berupa perangkat mike headphone yang biasa dipakai oleh para gamer online.


Solved ya …

Tips kedua, merupakan penjabaran wellness yaitu yang berkaitan dengan mata kita, pencahayaan. Pencahayaan tempat kerja juga termasuk hal yang penting diperhatikan jika kita ingin menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Pastinya ada perbedaan antara singa dan malam.
Pencahayaan alami dari matahari misalnya, dapat meningkatkan mood dan kesehatan terutama matahari pagi mulai pukul 07.00 sd 10 pagi yang dipercaya orang mampu meningkatkan imunitas guna menangkal serangan Covid-19, dan fokus dalam melakukan pekerjaan.


Jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan cahaya melalui jendela atau saat malam hari, cobalah untuk menggunakan lampu dengan nuansa biru. Pasalnya, lampu dengan pencahayaan seperti ini dipercaya meningkatkan rasa bahagia, dan mengurangi rasa lelah.



Millennial mungkin ingat kalau kita masuk ke diskotik, warna apa yang dominan dipakai? Jiah … anak diskotik pasti paham. Hanya saja intensitas yang dipakai beda bro & sis. Ga terlalu remang-remang gimana gitu juga ga ada musik yang berdentum .. ada ukurannya agar sehat untuk mata. Silahkan baca https://hellosehat.com/hidup-sehat/kesehatan-mata/cahaya-lampu-untuk-mata/ agar tidak tersesat waktu beli lampu LED biru …

Tips yang ketiga yang merupakan gabungan privacy dan wellness, penataan meja kerja. Ternyata cara kita menata meja kerja bisa jadi salah satu faktor yang mempengaruhi pekerjaan, lho. Menurut Melanie Pinola, ahli ergonomy dalam artikel https://zapier.com/blog/how-to-set-up-your-desk/, ada beberapa tips yang bisa Millennial ikuti.
  1. Atur di dekat jendela.
  2. Pertimbangkan pengaturan meja berdiri.
  3. Pakai kursi yang ergonomis.
  4. Gunakan keyboard dan mouse untuk meningkatkan ergonomi.
  5. Simpan tanaman di dekatnya.
  6. Atur aksesori kerja secara strategis untuk alur kerja yang lebih teratur
  7. Atur aliran udara dan temperature ruang (gak harus pakai AC lho .. kipas angin juga cukup)



  8. Suasana yang rapi, tenang dan senang itulah yang justru akan mendorong produktivitas meningkat.

    Tips keempat yaitu membebaskan diri dalam memilih tempat atau posisi kita bekerja .. pastinya ini masuk kategori wellness. Cara bekerja setiap orang dapat berbeda, dan hal ini dapat mempengaruhi produktivitas seseorang.

    Walaupun sudah menyediakan diri dengan tempat duduk yang ergonomis, kebosanan dan ke-pegel-an akan timbul kalau kita duduk lebih dari 2 jam. Oleh karena itu perlu juga kita berganti-ganti posisi kerja. Dengan menggunakan perangkat tambahan seperti bantal atau bean bag atau tatakan alas notebook, kita akan mendapatkan variasi posisi kerja yang lebih banyak ...



    Mudah kan? .. Mudah-mudahan blog ini menginspirasi para millennial dalam mengatur tempat kerja selama masa WFH saat ini.

    Salam Nyata Berkarya Bagi Negeri


    Komentar